Penguasa Zalim! Bagi seorang Muslim Bagaimana menyikapinya
Pada
Rabu, 03 April 2019
Baca Juga
*Bagi Seorang Muslim Bagaimana Menyikapi Penguasa Zalim?*
Penomena penguasa zalim yakni model pemerintahan yang mencerminkan gambaran negeri-negeri Islam saat ini, sebagai akibat dicampakkannya sistem hukum Islam, seiring dengan runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah, maka kami bertanya, adakah kezaliman dan kemungkaran yang lebih besar dari pada dihentikannya sistem syariah Islam; tersebar luasnya riba; merajalelanya perjudian dan perzinahan; menganggap remeh pelanggaran atas harta, kehormatan, darah kaum Muslimin; bersikaf plin-plan dan menipu rakyat; meluasnya kemurtadan dan kesesatan; menghalang-halangi diterapkannya lagi sistem islam, dengan cara memberikan cap negatif para pejuangnya, mengusir, memusuhi, menteror, menahan, menyiksa, membubarkan pengajian dan tablignya, membantai para pegemban dakwah Islam?
Lalu, sistem kekuasaan siapa lagi—selain penguasa-penguasa kaum muslim saat ini—yang menjaga dan membiarkan keadaan tadi terus berlangsung?
Untuk penguasa semacam itu Rasulullah saw telah memberikan gambaran jelas bagi kaum muslimin bagaimana seharusnya menyikapinya, sebagaimana yang disabdakannya:
Dengan demikian, masihkah kita perlu menaati penguasa semacam itu; apalagi membantu, bekerjasama, dan mendukungnya?
Untuk itu, renungkanlah firman Allah swt:
_“Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka. Sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”_
(Qs. Hud [11]: 113).
Kolom Copi All Share Artikel
Penomena penguasa zalim yakni model pemerintahan yang mencerminkan gambaran negeri-negeri Islam saat ini, sebagai akibat dicampakkannya sistem hukum Islam, seiring dengan runtuhnya Daulah Khilafah Islamiyah, maka kami bertanya, adakah kezaliman dan kemungkaran yang lebih besar dari pada dihentikannya sistem syariah Islam; tersebar luasnya riba; merajalelanya perjudian dan perzinahan; menganggap remeh pelanggaran atas harta, kehormatan, darah kaum Muslimin; bersikaf plin-plan dan menipu rakyat; meluasnya kemurtadan dan kesesatan; menghalang-halangi diterapkannya lagi sistem islam, dengan cara memberikan cap negatif para pejuangnya, mengusir, memusuhi, menteror, menahan, menyiksa, membubarkan pengajian dan tablignya, membantai para pegemban dakwah Islam?
Lalu, sistem kekuasaan siapa lagi—selain penguasa-penguasa kaum muslim saat ini—yang menjaga dan membiarkan keadaan tadi terus berlangsung?
Untuk penguasa semacam itu Rasulullah saw telah memberikan gambaran jelas bagi kaum muslimin bagaimana seharusnya menyikapinya, sebagaimana yang disabdakannya:
"Akan datang sesudah para penguasa yang suka berbohong dan berlaku zalim. Barangsiapa yang percaya dengan kebohongannya dan membantu kezalimannya itu, maka dia buka dari golonganku, dan aku pun bukanlah termasuk golongannya’ dia tidak akan masuk telaga al-Haudh (disurga).” HR.At-Tumudzii, An-Nasaai, dan Al-Hakim).
Dengan demikian, masihkah kita perlu menaati penguasa semacam itu; apalagi membantu, bekerjasama, dan mendukungnya?
Untuk itu, renungkanlah firman Allah swt:
_“Janganlah kalian cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka. Sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolongpun selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan”_
(Qs. Hud [11]: 113).
Jika merasa Apa yang anda baca ini bermanfaat, jangan segan untuk berlomba menyampaikannya lagi ke yang lain supaya mendapatkan pahala besar yang terus mengalir:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئاً. وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ, لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئاً
“Barangsiapa yang mengajak menuju hidayah maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka. Barangsiapa yang mengajak menuju kesesatan maka dia mendapatkan dosa seperti doa orang-orang yang mengikutinya, tapi tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka.” [HR. Muslim no. 2674]
Kolom Copi All Share Artikel
Komentar (0)
Posting Komentar